Remaja Cerdas tanpa Pergaulan Bebas

jed-villejo-bEcC0nyIp2g-unsplash

Oleh: Abna Hidayati, M.Pd

Masa remaja idealnya adalah masa yang penuh tantangan, karena banyak hal positif yang bisa dilakukan untuk masa depannya. Namun, jika salah melangkah, remaja bisa terjebak dalam pergaulan yang salah dan tentu saja akan memiliki banyak dampak negatif. Hamil diluar nikah, adalah satu dampak terburuk yang bisa dialami oleh remaja atau seseorang yang terlalu bebas dalam pergaulan atau dikenal dengan istilah terjebak pergaulan bebas. Jika sudah demikian, tentu masa depan mereka sudah tidak menarik lagi. Masa depan yang suram, depresi, bahkan yang paling memburuk bias menyebabkan bunuh diri.

Pergaulan bebas merupakan satu fenomena yang marak muncul dikalangan remaja. Umumnya bukan hanya bagi remaja di perkotaan, namun hingga ke daerah terpencil sekalipun, pergaulan bebas telah lekat dengan dunia remaja. Pergaulan bebas artinya pergaulan yang tanpa batas-batas sehingga menimbulkan beragam dampak negatif. Fenomena di lapangan yang terjadi dewasa ini, seperti media hiburan, pergaulan muda-mudi, serta sejumlah sarana lainnya telah memberikan ruang yang cukup rentan bagi remaja untuk terjebak dalam pergaulan bebas..

Masa remaja memang identik dengan pergaulan. Kata orang-orang yang santer didengar, remaja kalau tidak bergaul, tidak menikmati hidup. Namun yang perlu dikaji adalah penyebab remaja butuh pergaulan. Apakah merupakan satu kebutuhan, keinginan atau hanya sekedar ikut-ikutan saja agar tidak ketinggalan dan dicap sebagai remaja yang tidak gaul.

Namun siapakah sebenarnya remaja itu? Menurut teori, remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Jadi istilahnya masih dalam masa transisi, identik dengan orang yang masih mencari jati dirinya. Bagi orang yang sedang mencari jati diri, tentu saja mereka melakukan apa saja yang menurut mereka memuaskan dan memenuhi keinginannya, termasuk dalam hal bergaul. Bergaul bagi remaja kini menjadi satu kebutuhan untuk mengeksistensikan dirinya.

Sri Rumini & Siti Sundari (2004) menyatakan bahwa masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Pada masa itulah sebenarnya tataran usia yang perlu diwaspadai oleh orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan arah kehidupan remaja. Masa sekolah setingkat SMA, atau belajar di bangku perkuliahan merupakan satu usia yang rentan terlibat salah bergaul ini.

Meningkatnya minat remaja pada masalah seksual saat ini karena remaja sedang berada dalam potensi seksual yang aktif. Akibatnya remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman- teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.

Nah, kondisi seperti inilah yang perlu diwaspadai, karena jika tidak berhati-hati, remaja tersebut tentu akan terjebak salah tafsir, salah langkah, bahkan yang terparah bisa menyalahgunakan informasi tersebut sehingga merugikan dirinya sendiri. Ketidaktahuan remaja terhadap seks tersebut memungkinkan dirinya terjebak dalam seks bebas atau pergaulan bebas yang tentu saja salah kaprah.

Dampak negatif yang mungkin muncul tersebut diantaranya hamil diluar nikah dan berujung pada tindakan aborsi. Fakta mengejutkan pernah tercatat bahwa sedikitnya ada 700 ribu remaja Indonesia setiap tahunnya melakukan aborsi. Padahal tindakan aborsi pun beresiko menjadi kematian. Akibat-akibat lain dari seks bebas dikalangan remaja ini pun berbagai macam, terkena HIV/AIDS, PMS (Penyakit Menular Seksual), KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga aborsi yang dapat menyebabkan cacat permanen atau berujung pada kematian.

Sementara itu, secara psikologis pergaulan bebas yang dilakukan dikalangan remaja, akan menimbulkan banyak dampak bagi diri remaja yang melakukannya, diantaranya, rasa bersalah, berdosa, rasa malu, rendah diri, bahkan depresi dan merasa tidak berharga didalam hidupnya.

Seseorang yang secara psikologisnya telah merasa depresi dan tidak berharga tentu secara otomatis akan berdampak terhadap terhadap seluruh aktivitasnya. Biasanya mereka tidak ingin melakukan aktivitas apapun juga dan yang difikirkannya hanya rasa bersalah yang terjadi dalam dirinya. Remaja yang sudah terjebak dalam pergaulan bebas itu kebanyakan hanya termenung setiap harinya dan sangat lamban dalam merespon stimulus lainnya dari lingkungan, dan yang terparah bisa berhenti sekolah atau kuliah.

Menjadi remaja yang berkualitas salah satu poinnya harus cerdas dan memiliki bekal pengetahuan agama yang cukup. Hal tersebut bisa menjadi satu filter agar seorang remaja tidak terjebak kedalam pergaulan bebas. Ada banyak tawaran yang bisa dilakukan remaja dalam mengisi kegiatannya sehari-hari sehingga tidak terjebak dalam pergaulan bebas di antaranya agar mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang positif di antaranya dengan berorganisasi.

Seorang remaja juga harus bisa menjaga diri (isti�faaf). Hal ini mampu dilakukan pada remaja yang mempunyai kejelasan konsep hidup dalam menjalani hidupnya. Orang tualah yang sejak usia dini harus menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bahwa Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Jika konsep hidup yang benar telah tertanam maka remaja akan memahami jati dirinya, menyadari tugas dan tanggung jawabnya, mengerti hubungan dirinya dengan lingkunganya. Kualitas akhlak akan terus terpupuk dengan memahami batas-batas nilai, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Remaja akan merasa damai di rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, saling memahami di antara sesama keluarga. Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas.

Penulis adalah Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNP

“”https://www.ganto.co/artikel/121/remaja-cerdas-tanpa-pergaulan-bebas.html””

Berita Terkait

Butuh bantuan?